Kuliah di STEI Tazkia bukan pilihan saya. Ayah yang sangat mengagumi Dr. M Syafi’I Antonio membuat beliau ingin sekali menjadikan saya mahasiswi STEI Tazkia. Keputusan yang berat bagi saya yang lulusan SMA Negeri jurusan IPA dan sangat tidak tertarik dengan ekonomi. Namun, demi ayah akhirnya saya pun mengikuti keinginannya. Ibunda pun terus memberikan doa dan semangatnya sehingga keyakinan itu pun tumbuh bahwa Allah pasti punya rencana yang indah untukku. 

Kehidupan asrama yang semua kegiatannya sudah terjadwal rapi disertai dengan berbagai peraturan di dalamnya menjadi tantangan bagi saya. Step by step saya hadapi hari demi hari yang cukup mengubah hidup saya. Saya sudah masuk kesini dan hanya ada dua pilihan serius untuk belajar atau hanya menyia-nyiakan hidup. Saya tidak ingin membuang waktu disini, untuk itu saya memilih berusaha serius untuk belajar. Awalnya saya merasa ini mustahil. Pengetahuan terkait ilmu-ilmu agama sangat minim dan pengetahuan terkait ilmu ekonomi juga minim, lalu bagaimana bisa saya bertahan disini? 

“Jadilah gelas yang masih kosong dan selalu menunggu untuk diisi air”, kalimat yang ayah ucapkan ketika saya kehilangan semangat untuk belajar. Kalimat ini membangun semangatku hingga kini. Minimnya segala pengetahuan bukan alasan untuk berhenti belajar tetapi justru menuntut saya harus berusaha lebih giat. Seminar dan kajian-kajian ekonomi menjadi wadah bagi saya untuk belajar lebih bahkan saya berusaha menumbuhkan minat. Saya lakukan semuanya dengan sungguh-sungguh hingga saya menikmatinya. Doa ibunda dan kalimat-kalimat semangat dari ayah serta harapan keduanya terhadap saya membuat saya berusaha kuat.
Read More..